Keluhkan Travel Liar
BENTENG, BE - Banyaknya travel yang berplat hitam yang beroperasi di Kabupaten Bengkulu Tengah (Benteng) dikeluhkan sejumlah sopir angkutan desa (angdes) dan angkutan kota (angkot). Pasalnya, para penumpang lebih memilih menumpang mobil travel liar meskipun dengan harga yang sedikit lebih mahal dibandingkan menumpangi angkota.
\"Saat ini sudah banyak sekali kendaraan pribadi ber plat hitam digunakan mencari penumpang. Lantaran tidak memiliki rute dan aturan yang mengikat, kendaraan tersebut lebih leluasa untuk mencari penumpang. Jika ini terus dibiarkan, kami sebagai sopir angkot terancam gulung tikar lantaran tak lagi mendapatkan penumpang,\" ungkap salah seorang sopir angkot, Eko (40), warga Kelurahan Taba Penanjung, Kecamatan Taba Penanjung, Kabupaten Benteng, kemarin.
Dia menuturkan, dengan banyaknya travel liar itu, para penumpangpun sudah tidak lagi menunggu di terminal, karena mereka langsung dijemput ke alamatnya oleh travel. Demikian juga saat pulang, mereka diantar sampai ke pintu pagar rumahnya.
\"Menghindari jadwal keberangkatan yang membutuhkan waktu sedikit lama, penumpang pun seolah menghindar dan lebih menunggu di luar terminal untuk menunggu travel liar,\" tambah Eko.
Diungkapkannya, sejauh ini tercatat sekitar 20 orang sopir angkot yang biasa beroperasi di jalur Terminal Taba Penanjung menuju Terminal Desa Nakau, Kecamatan Talang Empat. Hanya saja, karena sepinya penumpang, tidak sedikit dari mereka terpaksa memarkirkan mobil mereka dirumah dan mencari pekerjaan lain.
\"Memasuki pertengahan tahun 2016 ini, travel liar semakin menjamur dan jumlahnya pun tak terdata. Sejauh ini, hanya terdapat sekitar 10 angkot jalur Taba Penanjung-Nakau yang aktif beroperasi,\" ungkapnya.
Senada juga disampaikan Suhadi alias Lelek, sopir angkot jurusan Nakau-terminal Pasar Minggu, Kota Bengkulu.
Ia mengaku, aktivitas travel liar sangat berdampak terhadap penghasilan mereka. Jika selama ini para sopir angkot bisa meraup keuntungan bersih sekitar Rp 100 ribu perhari, saat ini penghasilan menurun secara drastis.
\"Angkot kami mampu memuat 12 orang penumpang untuk sekali berangkat. Sepinya penumpang saat ini, membuat kami terpaksa berangkat hanya dengan dua orang penumpang tanpa ada tambahan lain di tengah perjalanan. Dengan ongkos penumpang umum sebesar Rp 4 ribu per orang, rata-rata kami hanya mendapatkan keuntungan bersih sekitar Rp 25-50 ribu perhari,\" keluh Lelek.(135)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: